Taiga akhirnya bisa berisitirahat setelah dua minggu sibuk dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya.
Jam menunjukkan pukul tiga sore, dan Taiga baru saja terbangun dari tidurnya.
Seharusnya, Hokuto sebentar lagi akan pulang ke rumah.
Taiga menenggelamkan dirinya ke dalam bantal, matanya terpejam, memutar ulang hal-hal manis yang ia lakukan bersama Hokuto.
Setidaknya dua minggu ini, mereka jarang bermain bersama akibat sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Semakin dirinya mengingat, semakin menyakitkan untuk hatinya.
"Aku pulang!"
Mendengar suara itu, dengan cepat Taiga beranjak dari kasurnya, mendaratkan tubuhnya kepada kekasihnya.
Hokuto menangkup pipi Taiga, dan mengecup mata yang lebih tua.
Taiga menikmati perlakuan Hokuto hingga menutup kedua matanya.
Saat Hokuto mengecup hidung Taiga dan mengigitnya kecil, membuat Taiga kembali membuka matanya dan tertawa geli.
"Kenapa nggak minta aku jemput?" Taiga mengelus rambut Hokuto yang halus dan lebat.
"Soalnyaー" Hokuto mencium leher Taiga, membuat yang lebih tua melenguh, menutup matanya kembali, menikmati hangatnya lidah Hokuto di atas lehernya.
"Taiga jarang libur, dan aku nggak mau ngeganggu waktu istirahat Taiga" lanjut Hokuto, menatap mata Taiga dalam-dalam.
Tatapan ituー Hokuto dengan mudahnya bisa membuatnya lemah hanya dengan memberi tatapan itu kepadanya.
"Hokutoー"
Sekali lagi, Taiga mengecup bibir manis Hokuto.
Berkali-kali terucap dalam hatinya, Hokuto adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan untuknya.
Hokuto itu pendongeng yang baik.
Suaranya yang berat mengalir indah ke dalam telinga Taiga, seakan menjadi sihir yang melepas segala penat yang Taiga rasakan seharian, hingga membawanya larut ke dalam mimpi.
Hokuto tidak pernah lelah menceritakannya kembali kepada Taiga, begitupun Taiga yang selalu antusias tiap malam untuk mendengarkannnya.
"Koinu" itulah judul yang diberikan Hokuto.
Bercerita seekor Anjing kecil yang sangat mencintai pemiliknya.
"Anjing kecil itu sangat menyukai pemiliknya.
Pemiliknya selalu merawat bulu-bulunya agar tetap wangi dan lebat, mencari dirinya saat tersesat ketika sedang bermain bersama, selalu memberinya makanan enak, dan menciumnya setiap saat."
Hokuto mengelus rambut Taiga yang nyaman di dalam pelukannya.
"Walaupun pemiliknya tidak menyadari, tiap malamーAnjing itu selalu mendekat, dan menjilati wajah pemiliknya.
Pemiliknya mungkin tidak selalu mengerti arti tiap suara-suara yang anjing itu keluarkan, namun dirinya berharap, pemiliknya tau bahwa Anjing itu sangat mencintai dirinya.
Anjing kecil itu berdoa, saat besar nanti, dirinya bisa tumbuh dengan badan yang sama seperti pemiliknya, dan bahagia selamanya.
Hokuto mengecup wajah Taiga yang sudah tertidur.
Sama seperti anjing kecil itu, tiap malam Hokuto terus mengecup semua bagian wajah Taiga, hingga dirinya mengantuk, dan ikut terlelap bersama kekasihnya
Sama seperti anjing kecil itu, Hokuto juga berharap, dirinya dan kekasihnya bahagia selamanya.
Saat tidak ada pekerjaan, Hokuto akan menghabiskan waktunya seharian di rumah.
Dibanding bermain dengan teman-teman kerjanya, dia lebih suka menunggu Taiga di rumah.
Membuat kue, membaca komik-komik milik Taiga, menulis jurnal, atau membuat jepit rambut dari manik-manik, seperti saat iniー
Hokuto sangat menyukai hal-hal manis. Dirinya sangat mencintai warna pink, pita, rok, atau apapun yang manis, dada Hokuto pasti seketika berdegup kencang.
Dan menurutnya, wajah Taiga adalah yang paling manis dari semua hal manis yang Ia pernah lihat di dunia ini.
Hokuto menyimpul tali, membayangkan betapa manisnya ketika kekasihnya memakai pita buatannya.
"Taiga!" Hokuto berlari ketika mendengar pintu terbuka, segera memeluk erat badan yang lebih kecil darinya itu.
Taiga tersenyum lebar, menenggelamkan dirinya kedalam pelukan Hokuto, membiarkan segarnya aroma strawberry yang ada di tubuh Hokuto memenuhi indera penciumannya.
"Taiga, Taiga!!" Hokuto melepaskan pelukan mereka, dan memberi dua tangannya yang terkepal kepada Taiga. "Kanan atau kiri?"
"Semuanya bagus kok!" Hokuto kembali meyakinkannya, menjawab ekspresi bingung yang terlihat sangat jelas di wajah Taiga.
Taiga menunjuk salah satu tangan Hokuto, "Eum kanan?"
Hokuto terkikik kecil,,"Oke, Taiga tutup mata dulu ya!"
Taiga menutup matanya perlahan, berdegup kencang ketika merasakan jari Hokuto memasangkan sesuatu di rambutnya.
Lalu Hokuto mengenggam erat tangan Taiga, menuntunnya untuk berjalan ke arah kamar mereka.
"Buka matanya, Taiga"
Taiga membuka perlahan matanya, menemukan pantulan dirinya dan Hokuto di depan cermin kamarnya.
Dirinya membulatkan matanya takjubーketika menemukan manik-manik bermotif kupu-kupu menempel di rambutnya.
Berbeda dengan milik Hokuto, kekasihnya itu menguncir dua rambutnya dengan ikat rambut motif telinga kucing berwarna pink.
Melihat manisnya Hokuto di pantulan cermin, membuat dirinya tersipu, dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Taiga suka?" Hokuto bertanya, memegang lembut lengannya.
Taiga mengangguk kecil, dan memeluk erat Hokuto.
Sampai saat ini, Taiga tidak pernah menyangka dirinya bisa memiliki kekasih semanis Hokuto.
Projek Hokuto selesai dengan sempurna, dan mereka berdua pun setuju untuk merayakannya setelah Taiga pulang dari kantor.
Sayangnya Taiga hari ini pulang telat, membuat Hokuto menunggu setidaknya dua jam di parkiran gedung tempatnya bekerja.
Mobil hitam yang tidak asing di matanya, membuat Hokuto segera beranjak dari duduknya, dan berlari menuju mobil Taiga.
"Hokkunーmaaf, tadi banyak yang harus aku beresin, jadinya aku nggak bisa nepatin janji kita..."
Taiga mengelus wajah Hokuto khawatir, Hokuto menggelengkan kepalanya kecil dan tersenyum, merasakan hangatnya tangan Taiga di pipinya.
Berulang kali dirinya meminta Hokuto, setidaknya menunggu di tempat yang hangat hingga ia datang, namun Hokuto tetap saja menunggu di tempat yang sama, membiarkan dinginnya angin malam menusuk badannya.
Segeranya Taiga mengambil jas miliknya dan memakaikan jasnya kepada Hokuto.
Taiga pun memberikannya kotak berisi kue pudding coklat, yang langsung diberi tatapan berbinar oleh mata Hokuto.
Apapun yang Taiga berikan, Hokuto akan selalu memberikan ekspresi seperti ini.
Salah satu alasan, mengapa Taiga terus dibuat jatuh cinta tiap harinya kepada kekasihnya.
Hokuto memotong pelan bagian kue, menyicipinya dengan senyum lebar.
Taiga mengacak rambut Hokuto gemas,"Itu cuman pudding, Hokkun"
"Tapi puddingnya enak banget."
Hokuto menjawab dengan mulut penuh.
"Atau mungkin, karena dari Taiga, jadi rasa puddingnya makin spesial!?" Hokuto menatap Taiga dengan senyum penuh di wajahnya.
Senyum ituーTaiga akan melakukan apapun agar matanya bisa selalu melihat senyum indah itu selamanya.